Selasa, 02 April 2019

Goresan tinta tentang kota yang indah


Salam sejahtera


Haloo...Perkenalkan nama saya Nurdiana Sirait

Hajimemashite,,, Watashi wa Nurdiana desu 
Let me Introduce my self, my name is Nurdiana Sirait 

Hidup ini adalah sebuah perjalanan


Kalian bisa memanggilku Dina, Nur, Dian, Diana. begitu banyak nama panggilan, beda tempat beda nama begitu juga dengan hidupku yang setiap tempat yang ku lalui punya cerita tersendiri yang sering kali aku tidak mengerti kenapa bisa begini namun saya terus berdiri berjalan dan berlari melanjutkan hari-hari yang Tuhan bri yang penuh dengan misteri karena satu hal yang kuyakini hidupku hanya sementara berada di dunia yang fana ini.

Terlahir dan terbentuk dilingkungan masyarakat yang cukup keras membuatku menjadi pribadi yang sangat tertutup dengan segala hal, susah membaurkan diri dengan lingkungan masyarakat yang baru, tetapi untuk mengejar impianku untuk kuliah di PTN saya harus pergi ke daerah yang aku tidak tahu sedikitpun tentang daerah itu. Saya hanya tahu nama dan posisinya tetapi untuk keadaan kehidupan atau apapun sama sekali tidak. 

Singkat cerita, aku dapat izin berangkat kuliah ke daerah itu. aku pergi dengan suasana yang berat hati karena harus berpisah dengan kedua adik kecilku dan papa yang sangat aku sayangi. dalam hati kutanamkan aku akn kembali dengan kesuksesan. Genangan air mata di terminal porsea mengungkapkan rasa berat hatiku untuk berpisah tetapi semua hanya masalah waktu aku tetap harus pergi ke daerah itu diantarkan oleh kakak tertua yang berperan sebagai mama buat kami.

Hari-hari berlalu mulai sibuk dengan dunia kampus membuatku semakin rindu untuk bisa pulang tetapi saya tiada daya mengingat biaya yang sangat mahal, aku memendam kembali rasa rindu itu.  Rindu yang selalu kulepas lewat doa dengan genangan air mata untuk papa dan keluargaku. Kadang rindu itu tidak tertahankan ketika melihat teman-teman kampus pulang dan bertemu keluarga mereka. Dalam hati kecilku saya memanjatkan doa pendek kepada Papaku yang disurga agar aku bisa seperti mereka entah kapan tetapi aku yakin pasti akan tiba.

Aku jalani hari-hariku dengan berbagai kesibukan dikampus, organisasi, persekutuan, gereja dsb sampai akhirnya aku merasa bukan suatu kebetulan aku berada di kota ini. Kota yang dulunya aku tidak tahu sama sekali menjadi kota yang mengubahkanku menjadi pribadi yang tidak tertutup lagi justru memiliki care dan kasih kepada sesama, mengajarkanku arti hidup di dunia, mengajarkanku untuk bisa kuat saat menahan rindu untuk pulang, kota yang menjadi saksi banyaknya airmata suka duka yang kualami, dan banyak lagi hal yang kudapatkan di kota ini. Kota Gorontalo









Selasa, 15 November 2016

PENGELOLAAN DAS


BAB XIII
PENGELOLAAN DAS

Apa yang dimaksud dengan DAS?
Dalam memberikan pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) hingga saat ini masih belum disepakati dalam satu definisi baku namun pada umumnya mengacu pada batasan sistem, yang wujudnya digambarkan secara skematis pada Gambar 1. Berdasarkan wujud di lapangan pendekatan sistem, terutama sistem aliran air, Linsley (1975) memberikan batasan DAS yang dalam bahasa asing (Inggris) adalah watershed dengan sinonim river basin, drainage basin, chatment area, sebagai:

“the entire area drained by a stream or sistem of connecting streams such that all streamflow originating in the area discharged through a single out-let”.

Mengacu pada difinisi tersebut, diskusi Pengelolaan DAS di Bogor tahun 1978 (Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi, 1978) memberikan batasan DAS sebagai:
“satu wilayah daratan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui satu sungai utama”.
Bila didasarkan pada fungsi sungai yang menerima air dan mengalirkannya, maka Seyhan (1977) dan Manan (1978) (Dalam Hadi Purnomo, 1990) mendefinisikan DAS sebagai berikut:
DAS sebagai wilayah daratan yang dibatasi oleh pemisahan topografis, berfungsi untuk menampung, menyimpan dan selanjutnya mengalirkan seluruh air hujan yang jatuh diatasnya menuju ke sistem sungai terdekat, dan pada akhirnya bermuara ke waduk, danau dan ke laut.
Mengingat DAS sebagai satuan tata air yang merupakan gabungan dari sifat-sifat individual unsur hidrologis yang meliputi hujan, aliran sungai, evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air maka Hadipurnomo (1990) merangkum definisi DAS sebagai berikut:
1.      Satu satuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh diatasnya, untuk kemudian mengalirkannya melalui saluran utama ke laut.

2.      Satu satuan ekosistem dengan unsur-unsur utamanya berupa SDA flora, fauna, tanah dan air, serta manusia dengan segala aktivitasnya yang berinteraksi satu sama lain.



Gambar . Sketsa Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dalam Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Nomor : 52/Kpts-II/2001, DAS didefinisikan sebagai:
“Suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet). Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan dan pegunungan”.

Memperhatikan DAS tidak hanya sebagai satuan tata air dan satuan ekosistem, tepai juga tempat berinteraksinya manusia maka Easter dan Hufschmidt (1985) mendefinisi-kan sebagai:

“Suatu kawasan yang dibatasi oleh suatu topografi yang mana mendrainasikan air melalui sistem aliran sungai. DAS sebagai unit hidrologis dan sebagai unit sosioekonomik dan sosiopolitik untuk merencanakan dan mengiplementasikan aktivias pengelolaan sumberdaya alam”.
Bentuk dan Karakteristik DAS
Dalam DAS, jalur-jalur sungai dengan tanpa cabang pada ujung pengalirannya disebut orde pertama sungai. Penggabungan dua orde pertama sungai membentuk order kedua, dua orde kedua sungai membentuk orde ketiga dan seterusnya. Aliran sungai di kawasan hutan dalam DAS secara umum pada orde yang lebih rendah.

Bentuk DAS akan mempengaruhi debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat di Indonesia secara skematis dapat dilihat dalam Gambar 3 :
1.      berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda.
2.      berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai,
3.      berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik pertemuan sungai.
Disamping bentuk dan karakteristik DAS tersebut diatas, debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir juga ditentukan oleh faktor iklim, topografi, vegetasi dan jenis tanah di dalam DAS itu sendiri.

Gambar Bentuk-bentuk DAS
DAS sebagai sebuah ekosistem
DAS sebagai satuan ekosistem merupakan suatu kawasan alami yang kompleks. Ekosistem merupakan rangkaian kata sistem + ekologi, yaitu suatu tatanan dan keteraturan dari beberapa komponen penyusun yang saling berhubungan satu sama lain. Kata ekologi berasal dari kata Yunani yaitu OIKOS + LOGOS (OIKOS = rumah tangga dan LOGOS = ilmu atau pengetahuan). Disini dipelajari hubungan antar anggota rumah tangga, yaitu antara hewan (termasuk manusia sebagai salah satu species) dengan tumbuhan, antar jenis-jenis binatang itu sendiri, antar jenis-jenis tumbuhan, antar unsur biotis (makhluk hidup) dan unsur abiotis (benda mati) dan sebagainya.
DAS sebagai suatu ekosistem ditandai oleh adanya kriteria sebagai berikut:
1.      Terdapat unsur biotis (makhluk hidup) misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta unsur abiotis (benda mati) misalnya air dan tanah.
2.      Terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara berbagai unsur dalam DAS
3.      Terjadi aliran materi, energi dan informasi didalam ekosistem; dari dalam ekosistem keluar ekosistem ; dan dari luar ekosistem kedalam ekosistem
4.      Dalam keadaan alamiah terjadi keseimbangan dinamis pada suatu ekosistem

DAS merupakan suatu ekosistem yang luas, yang terdiri dari beberapa (sub) ekosistem utama (Gambar 4):
D.    Ekosistem hutan, yang bersifat sebagai ekosistem alamiah,
E.     Ekosistem lahan budi daya pertanian dan pedesaan yang bersifat sebagai ekosistem peralihan

F.     Ekosistem perkotaan, yang bersifat ekosistem buatan atau ekosistem binaan
Dalam suatu ekosistem berlaku dalil-dalil sebagai berikut:

Dalil pertama
Unsur biotis penghuni (mayoritas) suatu ekosistem menguasai suatu bentuk informasi dalam tingkat-tingkat tertentu:
E.     Penghuni eksositem hutan yaitu binatang, menguasai informasi berdasarkan naluri. Binatang merasa bila akan terjadi bencana letusan gunung berapi berdasarkan nalurinya, binatang punya naluri kemana mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sebagainya.


Gambar  Ekosistem Utama dalam DAS
2.      Penghuni ekosistem lahan budidaya pertanian/pedesaan yaitu masyarakat desa menguasai infromasi tradisional, misalnya: masyarakat desa tahu tentang informasi siklus alam (iklim) yang dituangkan dalam pranata mongso bagi orang Jawa. Berdasarkan pranata mongso mereka



melakukan pengelolaan usaha taninya. Informasi tradisional ini biasanya bersifat empiris atau berdasarkan pengalaman terhadap kejadian yang telah berlangsung lama dan berulang-ulang. Pengalaman ini tidak atau belum dianalisa secara ilmiah.
3.      Penghuni ekosistem perkotaan yaitu masyarakat modern, menguasai ekosistem yang canggih. Mereka telah menguasai infromasi berdasarkan analisa ilmu pengetahuan dan hasil rekaman peralatan canggih, misalnya informasi satelit, radar, komputer, internet dan sebagainya.

Dalil kedua
Ekosistem yang penghuninya menguasai informasi paling canggih adalah ekosistem yang kuat. Jadi ekosistem kota lebih kuat dari pada ekosistem desa dan hutan. Ekosistem desa lebih kuat dari pada ekosistem hutan, tetapi lebih lemah dari pada eksositem kota.

Dalil ketiga
Ekosistem yang kuat cenderung mengeksploitasi ekosistem yang lebih lemah. Jadi ekosistem kota akan cenderung menyedot materi, energi dan informasi dari ekosistem hutan dan ekosistem desa. Contoh: hasil hutan, hasil pertanian (materi dan energi) banyak dieksploitasi dan diangkut serta ditimbun ke kota. Infromasi hasil penelitian dibidang pertanian, kehutanan, sosial pedesaan juga tersimpan di kota yaitu di lembaga-lembaga penelitian, Universitas-universitas dan sebagainya.

Dalil keempat
Dalam kondisi alamiah, suatu ekosistem bisa berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis ini bersifat mantap. Bila terjadi campur tangan manusia, maka terjadi eksploitasi ekosistem yang lemah oleh eksosistem yang lebih kuat. Jika penyedotan materi, energi dan informasi ini berlangsung terus menerus dan sangat intensif tanpa atau sedikit sekali pengembaliannya ke ekosistem yang lemah, maka akan terjadi kebocoran ekosistem yang ditandai oleh berbagai peristiwa seperti erosi, banjir, terjadinya lahan kritis, kemiskinan, urbanisasi dan sebaginya.

Kebocoran Ekosistem
Berdasarkan kriteria-kriteria dan dalil-dalil yang berlaku dalam ekosistem DAS, maka perlu diamati dengan seksama terhadap gejala yang terjadi dalam suatu DAS. Apabila terjadi kebocoran dalam suatu ekosistem, maka bisa timbul akibat berikut:
1.      Dalam ekosistem lemah. Akan terjadi proses degradasi yaitu penurunan daya dukung lingkungan akhirnya terjadi bencana berupa: erosi, sedimentasi, banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau, timbulnya lahan kritis dan bencana-bencana alam lainnya.
2.      Dalam ekosistem kuat. Dalam ekosistem yang kuat akan terjadi penimbunan materi, enerji dan informasi. Hal ini akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak positif berupa kemakmuran, kemajuan yang pesat dalam laju pembangunan, kemajuan tehnologi, membaiknya sarana dan prasarana kehidupan di perkotaan dan sebagainya. Namun dampak negatifnya juga ada yaitu akibat menumpuknya materi dan enerji dapat menimbulkan pemborosan, pola hidup mewah, kecenderungan timbulnya hiburan menjurus kepada perubahan tata nilai susila, terjadinya kesenjangan dan kecemburuan sosial .
Upaya penanggulangan kebocoran ekosistem. Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebocoran ekosistem, perlu dilakukan upaya untuk melakuakn keseimbangan dalam aliran materi, enerji dan informasi dari dan ke ekosistem yang kuat kepada ekosistem yang lebih lemah dan sebaliknya










PENGGUNAAN LAHAN & PRESIPITASI, INTERSPSI, EVAPTRANSPIRASI


BAB VI
PENGGUNAAN LAHAN

SISTEM PENGGUNAAN  LAHAN DALAM DAS
Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan
Penutup lahan (land cover) bisa diartikan sebagai apa saja yang berada di permukaan atau menutupi permukaan tanah. Penutup lahan bisa dikenali dengan teknik penginderaan jauh. Penutup lahan memiliki atribut yang spesifik, yaitu vegetasi, cadangan karbon dan unsur hara, serta habitat untuk tumbuhan, hewan dan manusia. Jadi, padang rumput, pepohonan, hutan, padang pasir, lahan pertanian, bangunan, dsb merupakan elemen-elemen penutup lahan.

Penggunaan lahan (landuse) adalah tindakan manusia terhadap lahan dalam upaya untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Jadi, pengertian penggunaan lahan berbeda dari penutupan lahan. Namun, pada suatu ketika kedua kata itu bisa memiliki pengertian yang sama, misalnya “padang rumput penggembalaan”. Sistem penggunaan lahan bisa jadi terdiri dari beberapa tipe penutupan lahan. Contohnya, sistem penggunaan lahan “ladang berpindah” (shifting cultivation), jika dilihat pada periode yang berbeda-beda penutupan lahan bisa berupa bera, tanaman semusim, semak, hutan sekunder atau bahkan berupa hutan. Tidak jarang bahwa suatu penutupan lahan yang spesifik merupakan bagian dari beberapa tipe penggunaan lahan, misalnya “tanaman semusim” dapat menjadi bagian dari pola tanam permanen

Penutup lahan secara formal diartikan sebagai kondisi biofisik permukaan bumi yaitu vegetasi dan lapisan yang ada di bawahnya. Sementara itu istilah penggunaan lahan memadukan dua hal yaitu biofisik permukaan dan tujuan pemanfaatan lahan oleh manusia.

Istilah hutan dapat dipakai untuk menunjukkan penutupan lahan maupun penggunaan lahan. Hutan atau silva (dalam bahasa Latin) pada awalnya mempunyai makna penutup lahan berupa vegetasi berkayu. Sementara itu ada istilah ‘hutan negara’, di mana hutan di sini tidak selalu berarti lahan yang ditutupi oleh vegetasi berkayu, melainkan lebih diartikan sebagai fungsi lahan tersebut (sebagai hutan) dan berhubungan dengan siapa yang menguasai lahan tersebut (yaitu pemerintah). Seringkali di kawasan desa atau pemukiman dijumpai lebih banyak pepohonan dibandingkan dengan di kawasan hutan negara.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah hutan digunakan untuk menunjukkan penutup lahan yang berupa pepohonan meliputi tegakan vegetasi alami, monokultur atau tanaman perkebunan yang seragam. Oleh karena istilah hutan (forest) sendiri sudah rancu, maka istilah-istilah seperti deforestasi dan reforestasi juga sering membingungkan. Untuk keperluan yang berhubungan dengan lingkungan dan dampak alihguna lahan dan konversi hutan, maka diperlukan definisi yang jelas dari istilah-istilah itu.


  
BAB VII
PRESIPITASI, INTERSPSI, EVAPTRANSPIRASI


·         Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel
-                 Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
-                 Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikuladaun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daunselain dari batang,
Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem.